Proses pembuatan Batik Wonogiren di salah satu sentra pengrajin di Kecamatan Tirtomoyo |
Batik adalah salah satu warisan budaya asli bangsa Indonesia, yang telah diakui oleh Unesco sebagai Warisan Kemanusiaan Untuk Budaya Lisan dan Non bendawi sejak tahun 2009. Batik bagi bangsa Indonesia, telah dikenal luas dan menjadi salah satu bagian budaya yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. Batik nusantara memiliki ciri khas tersendiri yang sesuai dengan karakter budaya suku bangsa yang ada di Indonesia.
Batik Wonogiren telah menjadi mata pencaharian bagi sebagian masyarakat Kabupaten Wonogiri. Seperti yang dilakukan oleh Daryono, sebagai salah satu pelaku usaha kecil produsen batik wonogiren yang ada di Kecamatan Tirtomoyo.
Dengan berbekal pengetahuan dan teknik pembuatan batik pada saat menjadi karyawan pabrik batik di kota solo, sejak tahun 2010 ia memberanikan diri untuk memulai usaha pembuatan batik wonogiren. Dengan modal yang sangat terbatas dan niat yang kuat akhirnya mampu menjadikan usaha pembuatan batik wonogiren berkembang hingga sekarang.
Pembuatan batik wonogiren dimulai dari pemilihan kain berbahan kapas, kain katun, serat nanas, kain paris, dan bisa juga dengan kain sutera. Selanjutnya kain ini akan dipersiapkan untuk pembuatan batik sesuai dengan teknik pembuatan. Ada tiga teknik pembuatan Batik Wonogiren yaitu, batik tulis, batik cap, dan batik cap kombinasi.
Batik tulis merupakan teknik pembuatan batik yang paling kuno dan ekslusif. Yaitu dengan menorehkan langsung pada kain menggunakan alat membatik atau dikenal dengan sebutan canting.
Batik cap merupakan teknik pembuatan dengan menggunakan media cap motif. Cap ini berasal dari bahan tembaga yang sudah membentuk motif batik tertentu.
Batik cap kombinasi merupakan teknik pembuatan batik wonogiren dengan menggabungkan antara teknik batik cap dan teknik batik tulis.
Setelah proses pemberian pola motif selesai, akan dilanjutkan dengan pewarnaan motif yang telah dibuat. Pemberian warna ini untuk membentuk motif batik semakin beragam dan lebih dinamis.
Proses selanjutnya adalah menutup kain dengan menggunakan cairan lilin atau malam. Pada proses inilah merupakan kunci dan ciri khas batik wonogiren. Yaitu dengan meremas kain sehingga membentuk pola pecah-pecah pada kain. Pola pecah-pecah ini akan tampak setelah proses pencelupan warna kain.
Setelah semua pola dan motif pecah-pecah sudah di peroleh, maka proses selanjutnya adalah pencelupan warna. Pewarnaan ini disesuaikan dengan pesanan atau desain yang diinginkan. Dengan pengaruh budaya luar yang masuk di nusantara, warna batik saat ini semakin beragam dan menarik, tidak lagi didominasi oleh warna coklat ataupun gelap.
Proses selanjutnya adalah pelorotan malam. Proses ini untuk melarutkan lilin atau malam yang menempel pada kain batik. Kegiatan ini dilakukan dalam bak berisi air yang mendidih sampai lilin yang menempel larut seluruhnya.Semua proses pembuatan batik diakhiri dengan penjemuran kain batik. Proses ini memerlukan bantuan sinar matahari yang cukup hingga kain kering.
Batik wonogiren telah dikembangkan dalam produk fashion yang modern, mulai dari kemeja, gaun, hingga busana casual yang trendy. Aneka produk batik wonogiren menjadikan nilai tambah semakin meningkat.
Batik yang menjadi ciri khas budaya Kabupaten Wonogiri mampu menjadi salah satu komponen pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan ini diwujudkan melalui sentra – sentra pembuatan batik wonogiren yang tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Wonogiri.