This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

SEKELUMIT KISAH BEDHOL DESA WONOGIRI - SITIUNG PULAU SUMATERA

Peninjauan Pembangunan Waduk Gajah Mungkur 

BAGIAN KEDUA

LIMA upacara besar menghantar dan menyambut para transmigran angkatan pertama ini. Dalam sejarah penyelenggaraan transmigrasi di republik kita, pemberangkatan warga Karanglo adalah yang termegah dan terapi sepanjang ingatan saya. Tak pernah saya dengar atau lihat orang menghardik, apalagi memeras transmigran. Hanya bujuk rayu dan kata-kata penghibur serta harapan yang melangit sajalah yang saya dengar. Baik dari para petugas transmigrasi, bupati, Ibu Gubernur maupun Bapak Menteri.
Setelah dua hari di Transito Wonogiri dan sebagian di Sala, mereka diangkut bus ke stasiun kereta api Sala Jebres. Tidak satu bus pun penuh berisi transmigran. Berbeda dengan biasanya. Mereka yang menginap di Wonogiri dilepas dengan upacara yang dihadiri lengkap oleh para camat serta para pejabat setempat. Di sepanjang jalan menuju Sala, para pramuka dikerahkan, bendera dikibarkan dan penduduk berduyun-duyun memenuhi pinggir jalan dan meneriakkan “ Selamat Jalan!”. Terpaksa tersenyum juga saya mendengar teriakan “selamat jalan” pula dari dalam bus transmigran.

“Selamat jalan Wonogiri! Selamat jalan !” teriak seorang bapak sambil melambaikan tangannya kepada para pengantarnya di pinggir jalan. Sungguh, iring-iringan bus mereka disambut sangat meriah bagaikan Menteri Dalam Negeri yang sedang lewat.

Kereta api Senja Sala hari itu khusus untuk transmigran 448 jiwa ditambah wartawan dan pengawal transmigran sekitar 50 orang. Di peron stasiun berderet kursi untuk upacara. Di tengahnya diletakkan dua “lodong” berisi tanah dan air asal Wonogiri yang nantinya diserahkan oleh Gubernur Wonogiri Bapak Supardjo kepada bayan Karanglo.

Hadir pula Menteri Nakertranskop Subroto yang berpidato dengan muka berseri-seri dan kemudian menyalami setiap kepala keluarga yang berseragam kuning-kuning. Ibu-ibu pembesar masuk gerbong menyalami anak-anak, ibu-ibu tua dan bapak-bapak yang sudah pikun.
Akhirnya kepala Stasiun Jebres yang berjas dan berdasi rapi itu meniup peluit. Menteri Subroto mengibarkan bendera hijau dan kereta pun berangkat menuju Jakarta. Sungguh upacara semarak. Tapi ini baru babak pertama.

DALAM kereta api luar biasa yang terdiri dari delapan gerbong ini, tak seorang penumpang umum pun boleh masuk. Seorang bidan dan dua juru rawat mondar – mandir mencari pasien. Di Stasiun Yogya, Kroya, dan Cirebon tersedia minuman teh gratis sementara itu para kondektur dan petugas stasiun berpakaian rapi dan bersikap ramah. Tempat yang longgar, perlakuan yang menyenangkan inilah yang mungkin membuat perjalanan tidak terasa melelahkan.

Sebenarnya para transmigran itu tak seberapa banyak lagi membawa barang. Sebagian besar sudah diangkut dengan truk ke Jakarta langsung ke Tanjungpriok. Tetapi sebelum berangkat, mereka masih menerima berbagai bingkisan, baik dari swasta maupun kantor transmigrasi setempat.
Sebuah perusahaan jamu membekali 100 bungkus jamu plus dua selimut untuk setiap kepala keluarga. Pemda Wonogiri memberikan ember, gayung, jerigen, caping, bibit-biji-bijian, tas dan lain-lain. Masih ditambah dari Kantor Transmigrasi berupa bungkusan dua tikar yang berisi satu stel pakaian pria dan wanita termasuk behanya, cerek, celana kolor dan baju “kokak” (untuk kerja di sawah) untuk lelaki dan perempuan.

Semula DLLAJR (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya) setempat telah menyediakan 20 truk untuk membawa barang-barang mereka. Tetapi ternyata cukup diangkut 14 truk saja. Isinya macam-macam, mulai sepeda, kasur, lemari sampai ke “galar”. Memang, jika dinilai banyak di antara barang-barang itu yang tidak begitu berharga (terutama bagi orang kota). Dapat dipastikan, harga barang dengan ongkos-angkut ke Sitiung masih jauh lebih mahal ongkosnya. Itulah sebabnya para petugas kantor transmigrasi di Sitiung sampai geleng-geleng kepala.

Dari seratus kepala keluarga yang dipindahkan saat itu, kebanyakan “petani kenceng “. Artinya mempunyai sawah, pekarangan dan rumah. Jumlah mereka kurang lebih separoh dari seluruh rombongan. Sisanya petani “kendon” (punya pekarangan dan rumah) dan “magersari” (hanya punya rumah saja). Itulah sebabnya sebagian besar dari mereka mampu membeli sepeda dan lampu petromak. Begitu ganti rugi dibagikan, mereka pun membelanjakan uangnya begitu saja. Ini berarti musim panen bagi para pedagang Wonogiri. Harga-harga naik serentak, karena permintaan begitu kuatnya.
Untunglah pemerintah hanya membagikan 30% dari seluruh ganti rugi. Itu pun dalam dua tahap. Pertama 10% secara tunai minimal Rp. 50.000,-. Bagi mereka yang mendapat ganti rugi kurang dari Rp. 50.000,- tentu saja mendapat seluruh bagiannya.

Kemudian dibagikan Tabanas yang berisi 20% dari seluruh ganti rugi. Sesuai dengan aturannya, Tabanas itu baru dapat diuangkan minimal sebulan setelah tanggal penyetoran pertama. Sedangkan 70% lagi berbentuk deposito berjangka enam bulan. Mereka hanya dapat mengambil bunganya 1% setiap bulan dan baru dapat diambil pokoknya setelah enam bulan.

KERETA API melaju memasuki kota Jakarta pada hari Kamis 25 Nopember dinihari. Karena mengangkut penumpang khusus, kereta api pun langsung menuju Stasiun Tanjungpriok. Inilah kereta api penumpang yang pertama masuk di Stasiun Tanjungpriok sejak setasiun itu ditutup berpuluh tahun yang lalu.
Di peron nampak berderet kursi untuk upacara serah terima dari Kanwil Transmigrasi Jateng ke DKI Jaya. Walaupun jam baru menunjukkan angka enam, tetapi para Pejabat Tinggi Transmigrasi, Walikota Jakarta Utara Dwinanto dan para wartawan Ibukota sudah siap menanti. Seratus kepala keluarga berseragam kuning itu pun dijejerkan lagi.

Setelah upacara selesai, merekapun masuk bus-bus yang telah berderet-deret rapi di depan stasiun. Semuanya masih bagus dan para penumpang dapat naik dengan longgar tak perlu berdesakan seperti dalam bus kota. Dan ketika memasuki dermaga penumpang, bunyi klenengan dari kapal Bengawan menyambutnya hangat.

Kali ini kapal itu nampak begitu bersih, baik palka maupun deknya. Tak ada kesibukan kuli-kuli pelabuhan. Semuanya teratur. Ketika para transmigran memasuki dek kapal, dari gedung terminal sampai pintu dek dipagar betisi para pejabat dan petugas-petugas pelabuhan. Suatu pemandangan yang aneh, asing dan terasa menggelitik bagi saya yang sering menyaksikan keberangkatan transmigran. Setelah para transmigran mendapat tempat, barulah penumpang umum boleh masuk.
Perjalanan ke Teluk Bayur yang memakan waktu tiga hari dua malam itu berlangsung baik-baik saja. Tak ada ombak yang berarti bagi KM Bengawan. Namun demikian para transmigran selalu muntah jika diberi lauk ikan laut. “Baiklah untuk trip selanjutnya akan kami sediakan ikan asin!” kata Sardjono, manager pasasi PN PELNI kepada pers.

Begitu kapal merapat, Bupati Wonogiri yang hari Jumat melepas mereka di Jebres, kini naik ke kapal bersama beberapa pejabat Ditjen Transmigrasi lainnya. Penumpang umum dipersilahkan turun, transmigran beserta rombongan lainnya tetap di kapal sampai Selasa pagi tiba.
Rupanya masih ada upacara lagi!

(Sumber : Kompas, 8 Desember 1976 - Yang di Up load pada Group FB Menggali Sejarah Wonogiri)
Share:

SEKELUMIT KISAH BEDHOL DESA WONOGIRI - SITIUNG PULAU SUMATERA

Peresmian Waduk Gajah Mungkur Wonogiri 


BAGIAN PERTAMA 

RABU pagi, 24 Nopember 1976, segenap penduduk Dukuh Karanglo, Kelurahan Pokoh Kidul, Wonogiri berdatangan dari segenap penjuru menuju rumah bayannya, Pawirodiyono. Wajah mereka nampak gembira, pakaian serba baru. Beberapa di antaranya berjaket blue-jean menyandang tas atau koper yang masih bermerek.

Ibu-ibu menyandang tas dan payung sambil menggandeng anak-anak. Beberapa orang tua bertongkat, duduk di atas koper dengan napas satu-satu dihibur oleh cucu atau buyutnya. Hari itu mereka akan meninggalkan tempat kelahiran mereka, bertransmigrasi ke Sitiung Sumatera Barat.
Jumlah seluruhnya 448 jiwa. Bergabung dalam seratus kepala keluarga. Tetapi mereka baru merupakan sebagian kecil dari seluruhnya 67. 517 jiwa atau 12.567 kepala keluarga yang harus meninggalkan daerahnya demi kepentingan mereka yang tinggal di sepanjang Bengawan Sala.

Daerah mereka yang luasnya 40.000 HA atau 88 km2 akan dijadikan waduk untuk mengatur aliran Bengawan Sala supaya dapat digunakan untuk mengairi daerah kering disekitarnya, mencegah banjir dan membangkitkan tenaga listrik. Mereka memang mendapat ganti rugi yang layak dan dipindahkan ke tempat yang layak pula. Dengan janji mendapat tanah yang cukup layak bagi petani. Tetapi beberapa orangtua toh nampak terharu meninggalkan daerah yang sudah lama dihuninya.

“Saya ini tinggal mati saja, disuruh pindah ke Sumatera Barat...” katanya dengan bahasa Jawa. Ini bisa dimaklumi. Lelaki tua bertongkat itu sudah bercicit beberapa orang. Seorang lelaki lain memandang rumahnya yang sedang dibongkar oleh pembelinya. Diperhatikannya orang-orang menurunkan genteng rumahnya. Rumah itu seluruhnya berdinding bambu dan nampak sudah tua.
“Namung gangsal welas ewu Pak!” katanya bernada datar. Hanya lima belas ribu rupiah. Mungkin selain harga-jualnya begitu murah, riwayat pembuatan rumah itu penuh berbagai macam kenangan baginya.

Sekitar pukul tujuh pagi matahari mulai menembus kabut dan menampakkan pegunungan Gajah Mungkur yang kokoh, serta bukit-bukit lain yang mengelilinginya. Kini semakin nampak betapa daerah itu sudah mulai kosong. Pohon-pohon ditebang, dijual pemiliknya. Bangunan-bangunan rumah banyak yang sudah runtuh. Sebagian lagi sedang dibenahi pembelinya.

Sementara itu suara tawa dan tangis berseling-seling. Anak-anak muda atau bapak-bapak muda nampak cerah, sementara orang-orangtua yang telah lebih lama menghuni daerah itu, mulai menangis. Apalagi jika sanak saudaranya dari desa lain berdatangan mengucapkan selamat jalan.
Tapi rasa sedih itu semakin siang semakin terhanyut kegembiraan dan kesibukan para wartawan yang mengabadikan peristiwa itu. Tak kurang dari seluruh juru-kamera melakukan tugasnya. Ditambah sejumlah wartawan yang membuat gambar-gambar. Juru kameranya dari sekretariat negara beserta beberapa pembantunya, mengabadikan peristiwa itu dengan kamera 16 mm, lengkap dengan walkie – talkie. TVRI, Humas Pemda Tingkat I, Tk. II dan beberapa orang lagi ikut hilir mudik membuat suasana menjadi meriah. Orang tertawa, orang menangis, orang mengeluh dan orang-orang sibuk membawa barang, merupakan sasaran yang diperebutkan.

Bahkan ketika rombongan itu sudah mulai berangkat ke Wonogiri, seorang juru kamera sempat melompat dari mobilnya untuk mengabadikan seorang perempuan tua yang menangis sepanjang jalan. Beberapa juru kamera yang terlambat datang, minta kepada beberapa calon transmigran supaya memperagakan bagaimana mereka meninggalkan rumah dengan wajah sedih, persis bintang film yang main dengan kaku. Hal-hal semacam inilah yang banyak melupakan kesedihan dan menimbulkan gelak-ketawa.

Hari itu dengan bus-bus kecil dari berbagai merk, mereka diberangkatkan ke Transito Wonogiri dan Sala menunggu keberangkatan ke Sitiung 26 Nopember 1976. Tidak sebagaimana biasa mereka diangkut dengan kendaraan yang cukup memadai. Setiap orang dapat duduk dengan tenang.
BEBERAPA pejabat meminta agar perpindahan penduduk Wonogiri ini tidak disebut transmigrasi tetapi “pemukiman baru”. Alasannya mereka bukanlah orang yang melarat atau tidak punya harapan untuk hidup lagi. Tetapi mereka dipindahkan dengan membawa serta seluruh harta benda mereka berikut pamong desa. Semacam “bedhol desa” lah.

Tetapi bagi saya, apa pun sebutan yang diberikan kepada mereka, kenyataannya penduduk ini dipindahkan dan mendapat perlakuan seperti transmigrasi umum. Artinya mendapat hak seperti halnya jika pemerintah menyelenggarakan transmigrasi umum. Jaminan hidup (beras, minyak tanah, minyak goreng, perlengkapan dsb) selama setahun, rumah dan tanah yang sama. Bedanya yang menyolok dengan transmigran biasa, mereka mempunyai bakal yang cukup, karena mendapat ganti rugi dari pemerintah.

Untuk memindahkan penduduk sekitar pegunungan Gajah Mungkur itu, pemerintah mengeluarkan ganti rugi bermilyard rupiah. Sebagai contoh untuk kelurahan Pokoh Kidul saja, pemerintah mengeluarkan ganti rugi Rp. 320 juta yang dibagikan kepada 899 pemilik tanah. Sampai kini ganti rugi terbesar Rp. 6 juta dan terkecil Rp. 300. Dari besar kecilnya ganti rugi ini dapatlah diketahui kaya-tidaknya seseorang: Ada tuan tanah, rakyat melarat tanpa tanah, rumah atau pekarangan. Mungkin ia mendapat uang Rp. 300,- itu karena menanam pohon mete tiga batang saja di tanah orang lain.

Walaupun rencana pemindahan penduduk di daerah itu sudah tersiar beberapa tahun yang lalu dan kemudian membara lagi tahun 1973, namun akhirnya baru terwujud bulan September 1976. Terwujud dalam arti, penduduk mulai menerima uang ganti ruginya dan harus pindah.

Ganti rugi itu diperinci antara lain untuk sawah per meter perseginya Rp. 190 sampai Rp. 95, tanah pekarangan Rp. 112 sampai Rp. 175, tanah tegalan Rp. 28 sampai Rp.70. Rumah tembok dinilai Rp.6.000,-/meter persegi, rumah kayu Rp. 2.500,- dan bambu Rp. 1.750.
Pohon-pohonan pun diganti. Termahal kayu jati Rp. 2.000,- tiap pohon dan termurah jambu mete Rp. 100,-. Sedangkan sumur dinilai antara Rp. 2.500 – sampai dengan Rp. 7.500. tanah kuburan diganti Rp. 2.000 sebagai ongkos kenduri bagi keluarga terdekat.

Sejak ganti ruginya ditetapkan, terasa kegelisahan di kalangan penduduk yang terkena Waduk Serbaguna Gajah Mungkur. Ketika pemerintah menetapkan bahwa mereka akan ditransmigrasikan, mereka menganggukkan kepala. Apalagi dengan janji “bedhol-desa” dan harapan yang menyejukkan. Semula mereka akan diberangkatkan bulan Juni yang lalu ke Rimbo Bujang, dengan janji akan mendapat tanah lima hektar bagi tiap kepala keluarga. Tapi kemudian kegelisahan timbul lagi, ketika Rimbo Bujang dibatalkan dan digantikan Sitiung, yang waktu itu masih hutan karet belaka. Kegelisahan ini makin menjadi karena mereka sejak sebelum Juni sudah tidak menaman apa-apa lagi.

Logikanya, untuk apa menanam makanan kalau pun toh nanti harus ditinggalkan sebelum dapat dipetik hasilnya?! Itulah sebabnya ketika 20 September ganti rugi mulai dibagikan, banyak penduduk yang terpaksa menggunakannya untuk sehari-hari. Sehingga ketika akhir bulan Nopember yang lalu mereka diberangkatkan praktis tinggal deposito berjangka enam bulan yang mereka miliki. Uang kontan sudah habis untuk makan atau membeli ini-itu.

Itulah sebabnya hari Rabu Pon 24 Nopember merupakan puncak kegelisahan mereka. Sebab apa yang mereka bayangkan sejak bertahun-tahun yang lalu, hari itu mulai berjalan. Kini kegelisahan tidak jadi diberangkatkan sudah musnah. Tapi sudah tentu ini bukan habis-kikis. Kegelisahan yang baru timbul lagi: bagaimana sebenarnya Sitiung itu?


(Sumber : Kompas, 7 Desember 1976 - Yang di upload pada Group FB Menggali Sejarah Wonogiri)
Share:

Foto Bupati Wonogiri Joko Sutopo

 


JOKO SUTOPO 
Bupati Wonogiri

Share:

Foto Wakil Bupati Wonogiri Setyo Sukarno

 


SETYO SUKARNO
Wakil Bupati Wonogiri

Share:

PROGRAM UNGGULAN BUPATI WONOGIRI DAN WAKIL BUPATI WONOGIRI MASA BAKTI 2021 - 2026

 


Program unggulan Bupati dan Wakil Bupati Wonogiri tahun 2021-2026 yang harus  diimplementasikan/ diwujudkan yaitu:

1. Melanjutkan program Sekolah Gratis dan pemberian beasiswa kepada mahasiswa/i berprestasi;

Program sekolah gratis merupakan kolaborasi anggaran yang bersumber dari BOS APBN dengan       APBD Kabupaten yang diberikan kepada seluruh masyarakat dengan berprinsip berkeadilan dan tanpa diskriminasi sebagai perwujudan bahwa urusan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan keluarga dan masyarakat.

Pemberian beasiswa dimaksudkan untuk mencetak generasi muda Wonogiri menjadi generasi yang berpendidikan tinggi berbasis ilmu pengetahuan teknologi dan inovasi sehingga mampu membangun wonogiri yang lebih maju.

2. Melanjutkan program kesehatan Gratis;

Program kesehatan gratis dimaksudkan untuk mewujudkan perbaikan kualitas hidup masyarakat Wonogiri melalui percepatan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan inovasi.

Peningkatan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang mulai tingkat puskesmas sampai dengan rumah sakit daerah.

3. Reformasi birokrasi yang dinamis berbasis ilmu pengetahuan teknologi dan inovasi serta membangun sistem layanan yang terintegrasi;

Reformasi birokrasi lima tahun kedepan diharapkan terfokus pada pelayanan publik yang cepat, murah dan terjangkau, manajemen pemerintahan yang efektif dan efisien, kelembagaan yang mampu menjawab perkembangan jaman dan manajemen sumber daya aparatur yang unggul menuju Kabupaten Wonogiri sebagai Kabupaten Digital.

4. Percepatan penanganan kemiskinan berbasis Organisasi Perangkat Daerah sebagai satuan tugas.

Masalah penanganan kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah daerah, pemerintah desa dan masyarakat.

Untuk mempercepat penanganan kemiskinan OPD mempunyai tanggung jawab berdasarkan pembagian wilayah per desa/kelurahan secara aktif dalam pengelolaan data, perumusan masalah dan perumusan kebijakan.

Program unggulan rumah sederhana layak huni dimaknai sebagai upaya perbaikan rumah tidak layak huni terutama bagi Rumah Tangga Miskin dalam rangka mengurangi beban pengeluaran dengan memberikan bantuan stimulan perbaikan Rumah Tida k Layak Huni (RTLH), perbaikan sanitasi/jamban dan penerangan listrik bagi Rumah Tangga Miskin dengan berkolaborasi dengan Pemerintah Desa serta dukungan keswadayaan dan sifat gotong royong dari masyarakat.



5. Pembangunan sarana prasarana pasar tradisional agrobisnis, kemudahan akses permodalan bagi UMKM, penguatan BUMDES dan pelatihan iptek dan inovasi bagi pengusaha pemula.

Program unggulan rame pasare agrobisnis menjadi program unggulan dalam rangka memberikan wadah pagi para petani dan nelayan untuk memasarkan hasil pertanian, perkebunan dan hasil tangkapan nelayan.

Lima tahun kedepan Pemerintah Kabupaten Wonogiri memberikan kemudahan akses permodalan bagi pelaku UMKM dari APBD maupun perbangkan.

Program pemberdayaan dan penguatan BUMDES bertujuan meningkatkan perekonomian desa melalui PROGRAM INOVASI DESA dan peningkatan peran serta Lembaga keuangan milik desa.

Program yang juga menjadi unggulan Bupati dan Wakil Bupati dalam lima tahun ke depan adalah menumbuhkan pengusaha pemula baru, yang dilakukan melalui pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi pemuda, pelaku usaha pemula,fasilitasi aspek legalitas (perijinan, merk, standarisasi), modal, peralatan, dan jaringan pemasaran, serta dengan mendorong kebijakan pemanfaatan iptek dan inovasi.



6. Kemudahan berinvestasi dengan pelayanan yang cepat, mudah dan terintegrasi;

Program ini dilakukan dengan mendorong kemudahan berinvestasi di Kabupaten Wonogiri dengan memberikan kemudahan dan percepatan proses perijinan untuk menumbuhkan kawasan industri di wilayah selatan melalui akses Jalan Lintas Selatan.

Kebijakan tumbuhnya kawasan industri baru di perbatasan wilayah selatan, dalam rangka mempercepat proses persebaran pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan membuka akses baru Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul sebagai Kawasan penyangga Kawasan Strategis Nasional Yogyakarta dan Borobudur di Provinsi Java Tengah.

7. Membangun sistem pertanian modern berbasis sumber daya manusia yang unggul dengan memanfaatkan IPTEK dan lnovasi.

Membangun pertanian Wonogiri yang maju dalam lima tahun kedepan dimulai dengan menyiapkan SDM bidang pertanian yang unggul dengan menerapkan IPTEK dan Inovasi.

Langkah selanjutnya adalah membangun sarana prasarana pertanian yang mantap meliputi jaringan irigasi yang terhubung dari sumber air baku meliputi waduk, embung, sungai dan air bawah tangah dengan areal persawahan dan perkebunan.

Mengembangkan konsep pertanian yang terintegrasi mulai dari hulu sampai hilir dengan melibatkan masyarakat pertanian mulai dari pembangunan jalan usaha tani, meningkatkan peran gapoktan dan meningkatkan peran komisi irigasi (komir).

Membangun sektor pertanian terintegrasi berbasis unggulan lima tahun kedepan menjadikan peran pemerintah daerah menjadi penting dalam rangka menyediakan permodalan, alat pertanian modern dan mencarikan pemasaran dengan internal masyarakat Wonogiri maupun pihak swasta.
Share:

VISI DAN MISI BUPATI WONOGIRI DAN WAKIL BUPATI WONOGIRI MASA BAKTI 2021-2026



Pembangunan daerah Kabupaten Wonogiri tahun 2021 - 2026 merupakan gambaran penjabaran visi dan misi Bupati dan Wakii Bupati Wonogiri lima tahun kedepan. Visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Wonogiri tahun 2021 - 2026 kemudian dijabarkan dalam tujuan dan sasaran pembangunan daerah untuk dapat diimplementasikan dalam program, kegiatan dan sub kegiatan prioritas pembangunan daerah, dengan tetap memperhatikan permasalahan dan isu strategis, lingkungan "strategis global, nasional dan regional, serta pencapaian tujuan pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Wonogiri (RPJPD) tahap keempat tahun 2020 - 2025.

Tahap keempat pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Wonogiri ini merupakan tahap akhir pada periode penguatan dan pemantapan. Pada tahap ini pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dan berkualitas serta struktur perekonomian telah kuat dan mantap yang ditandai dengan daya saing perekonomian yang kompetitif dan semakin mantapnya potensi unggulan daerah sebagai tumpuan sistem ekonomi kerakyatan yang didukung oleh pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan den berkelanjutan.

Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat Wonogiri ditandai dengan semakin meningkatnya capaian kondisi sosial ekonomi makro mulai tahun 2016 sampai dengan tahun 2020. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tinggi dan merata tingkat pendapatan masyarakat, serta semakin mantapnya sumberdaya manusia yang cerdas, berkualitas dan berdaya saing internasional.

I. V I S I KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2021 - 2026.

Visi pembangunan Kabupaten Wonogiri tahun 2021 - 2026 merupakan keberlanjutan dari implementasi visi Bupati dan Wakil Bupati Wonogiri periode tahun 2016 — 2021. Capaian selama 5 (lima) tahun berdasarkan urusan pemerintahan konkuren, unsur pendukung urusan pemerintahan, unsur penunjang urusan pemerintahan, unsur pengawasan urusan pemerintahan, unsur kewilayahan dan urusan pemerintahan umum serta disinkronisasikan dengan capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), kami menyusun Visi Kabupaten Wonogiri Tahun 2021 - 2026 adalah “Mewujudkan Wonogiri Yang Maju, Mandiri dan Sejahtera” dengan semangat Go Nyawiji Sesarengan Mbangun Wonogiri.

WONOGIRI YANG MAJU.
Membangun Masyarakat Wongiri yang Maju adalah mewujudkan masyarakat yang mempunyai kualitas hidup yang tinggi meliputi bidang ”kesehatan, bidang pendidikan dan sarana prasarana pemerintahan sebagai wujud pelayanan kepada masyarakat. Membangun Masyarakat yang maju diimplementasikan melalui:
  1. Menurunkan angka pengangguran.
  2. Meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
  3. Mengendalikan pertumbuhan penduduk.
  4. Memajukan ilmu pengetahunan dan teknologi dengan menciptakan inovasi daerah dengan cepat dan pesat.
  5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
  6. Membangun sistem pendidikan yang berkualitas.

WONOGIRI YANG MANDIRI.
Masyarakat Wonogiri yang Mandiri merupakan sebuah tujuan agar masyarakat mampu memenuhi segala kebutuhan dasarnya secara mandiri dan cukup. Dengan begitu, mandiri menjadi sebuah metode untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidupnya berbasis modal pokok milik sendiri, baik sumberdaya alam, sumber daya manusia, sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Sedangkan sumberdaya yang berasal dari luar merupakan tambahan atau pendukung apabila diperlukan.

WONOGIRI YANG SEJAHTERA.
Masyarakat Wonogiri yang Sejahtera adalah masyarakat yang tercukupi segala kebutuhan dasarnya (basic need) secara adil dan merata berprinsip pada peri kemanusiaan dan peri keadilan. Masyarakat sejahtera juga terbebas dari ketidakmerdekaan, kebodohan, kesakitan, kelaparan, serta ancaman dari perlakuan atau tindak kekerasan fisik maupun non fisik. Dalam lingkungan masyarakat yang sejahtera akan tercipta hubungan sosial yang dan aman, tanpa adanya diskriminasi SARA, serta tercipta relasi yang dinamis, saling menghargai, saling pengertian, dan toleransi yang tinggi.

Ketercukupan kebutuhan masyarakat juga didukung dengan pemenuhan prasarana dan sarana dasar meliputi sandang, pangan dan papan, pelayanan publik, ruang publik, transportasi, serta teknologi yang harus disediakan secara cukup dan menerus, untuk mencapai kemajuan dan perkembangan kehidupan masyarakat yang lebih baik dan sejahtera.

GO NYAWIJI SESARENGAN MBANGUN WONOGIRI.
Go Nyawiji Sesarengan mBang un Wonogiri adalah ajakan kebersamaan yang dilandasi semangat gotong royong untuk mewujudkan WONOGIRI SUKSES.

II. MISI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2021 - 2026.

1. Menjadikan rakyat Wonogiri yang lebih pintar, lebih sehat dan lebih berbudaya.
Misi pertama menjadikan rakyat Wonogiri yang pintar ini bertujuan mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui penguatan dan pemantapan kualitas pendidikan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sumber daya yang pintar adalah sumber daya yang mampu bersaing dalam era globalisasi yang semakin terbuka, sehingga dituntut kualitas sumberdaya manusia yang mampu bersaing secara kompetitif dalam kompetensi dan kualifikasi.
Menjadikan rakyat Wonogiri yang lebih sehat bertujuan mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui penguatan dan pemantapan kualitas hidup dengan peningkatan sarana prasarana kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan berbasis ilmu pengetahuan teknologi dan inovasi.
Sumber daya manusia yang sehat adalah sumber daya yang mampu bersaing untuk meningkatkan indek pembangunan manusia.
Menjadikan rakyat Wonogiri yang berbudaya adalah upaya bagaimana membentuk karakter masyarakat Wonogiri yang semakin berbudaya. Di tengah arus keterbukaan informasi dunia yang nyata, kemudian bagaimana masyarakat Wonogiri tetap kuat menjaga etika dan norma serta nilai budaya asli Wonogiri serta menjaga kearifan lokal sejak dini.

2. Mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi di Pemerintah Kabupaten Wonogiri.

Misi kedua ini bertujuan untuk semakin mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi secara optimal di jajaran Pemerintah Kabupaten Wonogiri, yang pada periode sebelumnya telah terbangun ditandai dengan membaiknya tata kelola pemerintahan sesarengan mbangun Wonogiri.

Dalam lima tahun kedepan, reformasi birokrasi diharapkan dapat diimplementasikan pada tiga dimensi utama yaitu:
  1. pelayanan publik yang semakin baik,
  2. efektivitas program/kegiatan dan
  3. efisiensi anggaran.
Reformasi birokrasi terhadap manajemen pemerintahan, kapasitas kelembagaan dan manajemen sumber daya manusia aparatur diharapkan juga semakin baik yang didukung dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan teknolagi dan mendorong pengembangan inovasi dalam rangka membangun Wonogiri sebagai Kabupaten Digital.

Pelaksanaan Pelayanan publik yang baik dapat diwujudkan dengan:
  1. membangun pusat pelayanan secara terpadu satu atap/kantor pemerintahan terpadu yang terintegrasi dengan aktifitas publik
  2. dan pemerintahan yang cepat tanggap serta cepat hadir dalam masyarakat.

Keterbukaan di bidang pemerintahan dapat dilakukan dengan:
  1. memperkuat keterbukaan informasi publik, transparansi dan partisipasi publik dalam penyelenggaraan pemerintahan.
  2. meningkatkan komunikasi dan serapan aspirasi publik.
Efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan tergambarkan dalam proses perencaoaan, penganggaran, serta evaluasi pembangunan yang akuntabel yang fokus pada kinerja dan berorientasi pada hasil (outcome).

Agar dapat melaksanakan manajemen pemerint ahan yang baik, bersih dan melayani maka dibutuh kan kelembagaan/organisasi yang tepat dan didukung dengan penataan sistem manaJemen sumberdaya manusia aparatur yang baik.

Manajemen sumber daya manusia aparatur yang baik terimplementasikan dalam bentuk integritas aparatur yang dibangun melalui kompetensi dan etika menuju integritas

pribadi dan institusi serta mendorong birokrasi yang inovatif.


3. Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja baru untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran.

Misi ketiga ini adalah untuk mengarahkan kebijakan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam rangka menurunkan jumlah penduduk miskin, yang didukung oleh perekonomian daerah yang stabil, berkualitas, inklusif, dan menyebar sampai ke desa.

Program pengentasan kemiskinan difokuskan kepada kelompok sasaran utama, seperti petani, pelaku Usaha Kecil Mikro serta pekerja dan kelompok rentan lainnya.

Program pengentasan kemiskinan tersebut perlu didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tersebar sampai di seluruh wilayah desa, memperhitungkan kelestarian lingkungan dan

Keberlangsungan ketersediaan sumber daya, melibatkan seluruh kelompok masyarakat dengan mengutamakan peran dan kontribusi kelompok masyarakat yang kurang beruntung, dan menghapus praktek ekonomi biaya tinggi.
Program pengentasan kemiskinan ke depan juga diarahkan untuk fokus pada pendidikan dan kesehatan terutama bagi rumah tangga miskin, serta masyarakat terlantar melalui penyediaan data BDT yang telah terverifikasi dan tervalidasi dengan sebaran pada desa/kelurahan miskin di kabupaten Wonogiri.
Perluasan lapangan pekerjaan juga menjadi penting bukan hanya untuk mengatasi pengangguran, namun juga bagaimana meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan menciptakan pengusaha-pengusaha baru (star up) di Kabupaten Wonogiri.

4. Membangun pemenuhan sarana dan prasarana dasar di Wonogiri yang berkualitas dan berwawasan lingkungan guna menunjang pengembangan wilayah.
Misi keempat ini bertujuan melanjutkan pembangunan sarana prasarana infrastruktur jalan dan jembatan yang menyambungkan wilayah terluar Wonogiri semakin mantap dengan tetap menjaga alus dalane.
Pembangunan infrastruktur ini menjadi semakin penting untuk menyambungkan antar kecamatan, antar desa/kelurahan dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan perlu didukung dengan sarana keselamatan jalan yang memadai agar tercipta rasa aman, tenang dan selamat.
Dalam lima tahun ke depan sarana prasarana dasar yang masih perlu ditingkatkan adalah penyediaan air baku dan air bersih untuk solusi penanganan kekeringan yang semakin permanen.


Share:

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support